Aku berjalan di kala senja. Dibawah pohon – pohon rindang
yang melindungiku dari sinar mentari yang masih bersinar. Angin sepoi – sepoi
berhembus lembut mengiringi langkah. satu, dua, tiga, bahkan puluhan, ratusan,
atau ribuan daun berguguran. Bagaikan musim gugur di negeri barat. Daunnya
kuning keemas – emasan tertimpa cahaya. Aku berjalan dengan gontai, mengabaikan
tumpukan dedaunan dan debu yang terterjang. Meninggalkan bekas lusuh pada
sepasang sepatuku. Tak ada yang bersama lagi seperti dulu. Menghabiskan waktu
senja bersama. Beriringan, memandang langit yang indah, memberikan cerita di
setiap sorenya. Tangan kami bertautan seakan tak ingin lepas. Sekarang,
segalanya berakhir. Meninggalkanku sendiri bersama kenangan dan bayangannya.
Di
depan sana, lelaki itu muncul bagaikan hantu. Entahlah, sepertinya dia sudah
terpaku disana di terpa cahaya. segalanya serba hitam, kontras dengan suasana
orange di sekitar. Ditangannya tergenggam payung hitam pula. Wajahnya
menengadah ke langit. Memejamkan mata, sedikit senyuman, terlihat menenangkan,
damai. Aku tak pernah melihatnya setiap kali melintas di taman ini. dia muncul
dihadapan ketika tak ada lagi seseorang untuk pegangan. Aku rasakan dalam dada
ada yang mengelitik dan mengetarkan. Rasanya sungguh menyenangkan. Aku
menatapnya lekat – lekat. Tak sangguh mengalihkan pandangan.
Tiba –
tiba langit gelap. Awan melingkupi langit sore itu. setitik air hujan mulai
jatuh ke daratan. Wajahnya yang semula tenang, terlihat terkejut sekilas. Dia
menghindari hujan dan berteduh di rerimbunan pohon. Demikian pula diriku.
bodohnya aku tak membawa payung dan malah asyik berlama – lama mengamati orang
berbaju hitam tak dikenal itu. dia bersiap – siap pergi dengan payung hitam
yang telah dikembangkannya. Aku hanya menunduk pasrah menunggu hujan kan
mereda. Tetapi aku merasakannya. Merasakan tatapannya padaku. Tak ada suara,
tak ada isyarat. Hanya sebuah tatapan mata yang mengartikan sesuatu. Aku bisa
membacanya dia menungguku bernaung bersamanya di satu payung. Aku mungiyakan
tanpa suara. Melangkah bersama di bawah payung hitam. Dia menjadi penganti yang
hilang, untuk berbagi cerita di kala hujan sore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar